Usai Merenggut Mahkotaku Bagian 2

Part 2. Salah menanam.
POV. Elang
“Lang, bagaimana jika kita nekat saja?” Gadis itu duduk di sofa, kemudian merebahkan diri dengan posisi yang sangat seksi.
Ya, aku baru saja pulang dari negri tetangga, dan Laura lah, yang menjemputku di bandara. Mama dan papaku belum tahu, jika saat ini aku sudah sampai di Jakarta.
“Nekat bagaimana, maksud kamu?” Aku masih belum mengerti dengan arah bicaranya.
“Masak nggak ngerti, sih? Kan aku udah omongin itu, di telfon kemarin.” Rambut panjang itu disibaknya ke belakang.
Kemudian kepalanya dia sandarkan pada bagian samping sofa. Wajah itu mendongak ke atas. Terlihat dengan begitu jelas, kesempurnaan yang dimilikinya.
Ukuran dada yang besarnya di atas rata-rata, leher yang jenjang dan mulus tanpa cela, juga wajah yang kecantikannya nampak begitu sempurna.
Jujur aku tergoda. Sangat, tergoda. Apalagi dengan posisinya saat ini yang memang tampak begitu menggoda.
Sedikit saja imanku digoyang, mungkin aku bisa lupa daratan.
“Ayolah, Lang, jangan pura-pura polos. Kita sudah sama-sama dewasa. Sudah tiga tahun kita menjalin hubungan. Dan kita masih tetap bisa bertahan, meskipun harus saling berjauhan. Apa kamu masih belum yakin juga, untuk segera memantapkan hubungan, membawaku ke jenjang pernikahan?”
Aku memilih duduk di sofa yang ada di seberangnya.
“Tapi masalahnya orang tuaku belum juga memberikan restu ….” Kutatap dengan gamang langit-langit ruangan.
“Ya makanya, kita nekat saja. Kamu tidak usah pulang dulu. Tinggallah di sini. Nanti jika aku sudah hamil, kamu baru pulang, kasih tahu orang tua kamu, jika aku sudah hamil anak kamu. Pasti orang tua kamu bakal merestui hubungan kita.”
Mataku melotot, mendengar ucapannya yang nyeleneh itu. Enteng sekali, kalimat aneh itu meluncur dari bibir merahnya. Apakah dia tidak merasa takut, berhubungan se*s di luar pernikahan?
“Kamu mengajakku kumpul kebo?”
“Ya habisnya mau bagaimana lagi? Aku kan juga sudah lelah. Umur semakin hari semakin bertambah. Tapi kamu selalu mengulur-ulur waktu. Lagian menantu seperti apa sih, yang diinginkan oleh orang tua kamu itu?”
Aku diam. Meresapi semua kalimat yang dia ucapkan.
Ya, hubungan kami sudah berjalan tiga tahunan. Saat ini, usiaku sudah mencapai angka dua puluh lima. Dan Laura pun sama. Ulang tahun kami, jatuh di bulan yang sama, hanya berbeda tanggalnya saja.
“Kamu tahu sendiri, kan? Papa adalah salah satu anggota dewan. Beliau menginginkan menantu yang agamais. Mungkin jika kamu bisa merubah penampilanmu, pelan-pelan mereka akan membuka diri kepadamu.” Aku berusaha meyakinkan kekasih hatiku itu, meskipun sebenarnya aku juga merasa ragu.
“Bagaimana, jika aku sudah merubah penampilanku, menutup seluruh tubuhku, mempertaruhkan karirku, tapi orang tuamu masih tidak mau menerimaku?!” Dia beranjak dari posisi tidurnya. Menatap kesal ke arahku.
“Sekarang begini saja. Bilang sama orang tua kamu. Aku bakalan merubah penampilan aku. Bahkan jika pun aku harus membungkus tubuhku dengan kain korden pun, aku mau. Tapi nanti, setelah kita menikah. Bagaimana?”
Kemudian dia berjalan mendekat ke arahku. Duduk tepat di sisiku. Jari-jemarinya yang lentik, bermain-main di area wajahku.
Aku sedikit menggeser tubuhku ke arah kanan, menciptakan sejengkal jarak antara aku dan dirinya. Namun ternyata dia melakukan hal yang sama. Dia juga menggeser tubuhnya ke sebelah kanan. Hingga jarak yang kuciptakan baru saja, kini sudah tak lagi ada.
Judul : USAI KAU RENGGUT MAHKOTAKU
Penulis : Eniky
Link ada di wall FB-nya Eniky