Usai Kau Renggut Mahkotaku Part 1

Malam ini adalah malam yang paling mengerikan di sepanjang hidupku.
Aku yang sebenarnya sudah terlelap dalam tidurku, mendadak terbangun, karena merasakan ada pergerakan seseorang di atas ranjangku.
Ya, aku merasa ranjang yang kutempati, bergerak-gerak seperti ada yang menaiki.
“Toloooonnggg ….” Aku berusaha berteriak sekencangnya, di saat nyawaku belum terkumpul sepenuhnya.
Aku yakin. Seseorang yang sedang ada di atas ranjang ini, adalah seorang laki-laki. Ya, dari wangi maskulin parfumnya, aku yakin, dia adalah laki-laki.
Seisi ruangan ini tampak begitu gelap tanpa cahaya. Jangankan mengetahui di mana letak pintu dan jendela. Bahkan kini aku tidak tahu, saat ini tubuhku terbujur ke arah mana. Padahal aku ingat dengan begitu benar, bahwa tadi, sebelum tidur, aku tidak mematikan lampunya.
“Tol–“
Sekali lagi aku berusaha berteriak. Namun tangan itu sudah terlanjur membungkam mulutku, kuat-kuat.
“Jangan berteriak seperti itu, Sayang … malu jika didengar oleh Mama dan papaku. Nikmati saja. Salah kamu sendiri. Saat kita LDR, kamu sering mengirimkan foto-foto seksimu.” Kurasakan, dia semakin erat memeluk tubuhku.
“Kamu, siapa? Aku tidak mengenalmu!” Aku mencoba bertanya, di tengah rasa takut yang kian mendera.
“Ha ha ha … kamu bertanya aku siapa? Ah, sepertinya kamu tidak hanya berbakat untuk menjadi model saja. Kamu berbakat juga untuk menjadi artis. Ha ha ha ….”
Kemudian, kurasakan dia sudah menindihku. Hembusan nafasnya yang berbau khas minuman keras, sungguh membuat perutku tiba-tiba menjadi mulas.
Apakah dia adalah orang mabuk, yang tersesat, dan masuk ke rumah ini?
“Jangan banyak bergerak. Aku hanya sedang ingin melakukan apa yang kamu minta tadi. Setelah kupikir-pikir, ucapanmu tadi ada benarnya juga. Kita harus punya anak secepatnya, supaya orang tuaku segera merestui hubungan kita.”
“Aku tidak mengenalmu. Tolong pergi dari sini, sebelum aku berteriak lebih keras lagi!”
“Ha ha ha … kamu bilang kamu tidak mengenalku? Jika tidak mengenalku, kenapa kamu mengikutiku sampai ke kamarku? Aku hanya ingin melakukan apa yang menjadi idemu, Sayang ….”
Aku sudah tidak lagi mendengar apa yang dia katakan. Yang ada di dalam pikiranku saat ini, hanya bagaimana caranya agar nasib ini bisa terselamatkan.
Sebisa mungkin aku berusaha meronta, demi mempertahankan mahkotaku yang hanya satu-satunya. Namun ternyata lelaki itu terlalu kuat tenaganya.
Tidak hilang akal. Di tengah rasa panik yang tidak karuan, aku berusaha memberikan tendangan.
Bug!
“Arrggghhhh ….”
Brak!
Dia terdengar mengerang. Tubuhnya, sepertinya terjengkang ke belakang. Dan entah, benda apa yang tertabrak oleh tubuhnya.
“Tolong ….”
Segera aku bangun, dan meloncat dari ranjang. Namun karena keadaan ini sangatlah gelap, akhirnya aku hanya bisa berlari dengan membabi buta, tanpa arah dan tujuan.
Mataku benar-benar tidak bisa melihat apa-apa. Tidak tahu, mana timur dan barat, mana arah selatan dan utara. Dan setiap kakiku mendapatkan beberapa langkah, tubuhku justru menabrak entah itu apa.
Tanganku meraba-raba. Aku mendapatkan sebuah kain, yang teksturnya mirip kain gorden. Ya, tidak salah lagi, ini adalah kain gorden. Itu artinya, di depanku ada sebuah jendela.
Kutarik dengan sekuat tenaga, kain itu. Dan robeklah seketika. Nampak ada sedikit cahaya yang tertutup air hujan, dari lampu yang ada di luar sana. Cahaya yang suram, yang terlihat remang-remang, yang tidak mampu menembus kegelapan yang ada di ruangan ini.
Dengan tangan yang gemetar karena ketakutan, aku meraba-raba bagian bawah jendela. Dan kudapatkan pengancingnya. Kubuka dengan cepat. Mungkin lebih baik, jika aku meloncat.
Air hujan yang tertiup oleh angin, membuat jatuhnya air menjadi miring. Hingga sebagian percikan air itu hinggap, membasahi tubuh bagian depanku.
Satu kaki kananku sudah naik ke atas jendela. Kini, satu kaki kiriku menyusulnya. Kupejamkan mataku. Kukumpulkan keberanianku.
Bismillahirrahmanirrahim ….
Mungkin memang aku harus meloncat. Tidak apa, jika memang harus patah kaki. Masih bisa dirawat, masih bisa dioperasi, masih bisa diobati. Daripada hilang keperawanan, sudah tidak bisa dikembalikan lagi.
Dan jika pun memang aku harus mati, semoga Allah mengampuni dosa-dosaku. Aku sedang ingin menyelamatkan diri. Sama sekali tidak berniat hendak b*n*h d*r*.
Judul : USAI KAU RENGGUT MAHKOTAKU
Penulis : Eniky
Link ada di wall FB-nya Eniky