Survei karakter dan lingkungan belajar dalam program belajar mandiri
Lingkungan belajar program pembelajaran mandiri akan mengubah pendidikan di Indonesia. Program pembelajaran mandiri diharapkan dapat menjadikan lingkungan belajar lebih efektif, bahagia, menyenangkan, inovatif dan kreatif, serta tentunya membawa kebahagiaan bagi siswa, guru, dan orang tua.
Program belajar mandiri yang diusung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim ini memiliki tujuan yang baik untuk menjadikan pendidikan Indonesia semakin canggih. Setidaknya ada empat program besar kebijakan pendidikan dan pembelajaran mandiri yang akan menjadi fokus masyarakat pendidikan Indonesia untuk menciptakan generasi yang unggul dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya adalah kompetensi minimal Ujian Nasional (UN). menggantikannya dengan evaluasi. Dan survei karakter.
Nadim menegaskan, keputusan penghapusan ujian nasional tidak serta merta dilakukan, namun telah dipikirkan matang-matang melalui diskusi dengan siswa, orang tua, guru, dan kepala sekolah di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan UN dianggap sebagai beban yang berat bagi siswa, dan materi di dalamnya sangat padat. Oleh karena itu, proses pembelajaran cenderung berfokus pada memori materi dan deskripsi materi daripada kemampuan pelajaran.
Menurut Nadiem Makarim, penilaian kemampuan dan survei kepribadian untuk menggantikan UN terdiri dari kemampuan menalar dengan matematika (menomori), kemampuan menalar dengan bahasa (literasi), dan peningkatan pendidikan kepribadian.
Survei karakter
Selain penilaian kompetensi, survei karakter juga mendapatkan perhatian publik untuk mendapatkan penjelasan rinci tentang kebijakan tersebut. Survei kepribadian merupakan upaya untuk mengetahui apakah siswa sekolah benar-benar mengetahui, memahami, dan menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam interaksi sekolahnya. Mirip dengan upaya untuk mengetahui apakah seorang siswa dapat belajar dengan baik di sekolah? Apakah ada kasus bullying antar mahasiswa paguyuban?
Selama ini mungkin pemerintah mendanai penilaian yang cukup mahal hanya untuk mencari capaian perkembangan kognitif siswa, tanpa melihat capaian pengembangan pendidikan pribadi siswa. Di sisi lain, untuk mencapai pendidikan yang utuh memerlukan pengembangan kognitif dan kepribadian. Oleh karena itu, kami melakukan survei kepribadian untuk menyelidiki dan mengevaluasi kepribadian siswa sekolah.
Nadiem Makarim sendiri berpendapat bahwa survei karakter sangat penting dilakukan. Jika tidak, maka kita tidak akan mengetahui kondisi keamanan dan kerukunan di antara siswa di sekolah. Mengingat hal tersebut menjadi aspek penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun nilai inti Pancasila yang harus diimplementasikan dalam interaksi antar siswa di sekolah yaitu gotong royong dan toleransi satu sama lain.
Bagaimana survei karakter dilakukan?
Nadiem Makarim mengatakan semua siswa, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), perlu dipersonalisasi. Bentuknya tidak seperti tes siswa. Nadim sendiri menyiapkan alat ukur yang valid dan tidak tertipu oleh orang yang tidak bertanggung jawab. “Penyelidikan dilakukan agar tidak dirusak,” katanya.
Setiap siswa memberikan jawaban yang berbeda dari yang lain, karena survei karakter berisi banyak pertanyaan pribadi. Jawabannya sendiri diambil dari pendapat atau pendapat masing-masing siswa tentang topik-topik seperti pendidikan, bangsa, Bhinneka Tunggal Ika, dan gotong royong. Kemudian, menggunakan hasil survei kepribadian untuk mengetahui kepribadian siswa pada waktu tertentu.
Meskipun begitu, hasil survei karakter ini bukan untuk menilai siswa sebagai individu, melainkan untuk menilai sekolah dalam mencapai pengembangan karakter pada siswa. Survei ini akan dilakukan oleh siswa di pertengahan kelas mereka, yaitu siswa SD kelas IV, siswa SMP kelas VIII dan siswa SMA/sederajat kelas XI.
Survei karakter sengaja dilakukan pada siswa di pertengahan tingkatan kelas mereka, dengan tujuan agar sekolah dan pemerintah memiliki waktu untuk mengevaluasi hasil serta meningkatkan program pengembangan dan perbaikan lebih lanjut. sehingga bisa meningkatkan hasil survei pengembangan karakter di masa yang akan datang.
Lingkungan belajar dalam program belajar mandiri
Kita tahu bahwa program belajar mandiri yang diusung oleh Nadiem Makarim memiliki tujuan utama untuk memajukan pendidikan Indonesia. Program tersebut dapat mengubah pendidikan menjadi lebih baik melalui hal-hal kecil yang dilakukan di kelas, misalnya dengan menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan menyenangkan.
Melalui lingkungan belajar yang lebih nyaman, Anda dapat mencapai salah satu tujuan belajar mandiri untuk mengurangi beban dan tekanan pada guru, siswa, dan orang tua. Dengan begitu, tidak ada lagi tekanan pada interaksi pendidikan yang buruk ketika berhadapan dengan pembelajaran, ketika berpikir tentang prestasi, kesejahteraan, nilai, dan manajemen.
Seperti yang kita ketahui, setiap anak memiliki keistimewaan, kecerdasan, bakat, dan minat yang berbeda satu sama lain. Program belajar mandiri membuat lingkungan belajar lebih efektif dan tidak berargumen bahwa semua anak harus mendapatkan manfaat yang sama dengan memberikan tekanan pada mereka untuk naik ke nilai yang lebih tinggi. Mengenali kemampuan anak membutuhkan dukungan orang tua, guru dan fasilitas yang baik. Minat yang tinggi dan latihan yang terus menerus mengembangkan bakat dan mengasah kemampuan anak.
Melalui program belajar mandiri, lingkungan belajar menjadi lebih mandiri. Tugas guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menginspirasi, memotivasi, dan menjadi pendengar yang baik. Selain memberikan mata pelajaran, guru juga harus membekali siswa dengan pendidikan kepribadian dan moral. Mengingat pendidikan kepribadian sangat penting untuk menciptakan generasi yang baik dan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia.
Oleh karena itu, belajar mandiri harus dapat memastikan lingkungan belajar yang lebih nyaman dan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi semua orang. Menurut laporan dari Thought-rakyat.com, Nadim sendiri mengatakan, “Kebebasan belajar adalah kebebasan berpikir, dan secara khusus esensi dari kemandirian berpikir ini harus ada pada guru terlebih dahulu. ,siswa,”
Proses pembelajaran tentunya membutuhkan kemandirian khusus pada mata pelajaran yang terlibat dalam proses pembelajaran baik itu peserta didik maupun pendidik atau guru. Begitu pula dengan pemangku kepentingan lainnya seperti kepala sekolah dan pemerintah yang memberikan dukungan untuk mencapai proses pembelajaran yang lebih baik.
Berikut adalah penjelasan tentang survei kepribadian, cara melakukan survei kepribadian, dan lingkungan belajar program pembelajaran mandiri. Penelitian kepribadian tidak berarti bahwa pengetahuan tidak penting, tetapi perlu untuk menyeimbangkan keduanya. Misalnya, siswa sekolah dasar tidak hanya harus mengajukan pertanyaan kepada siswa sekolah dasar, tetapi juga memberikan pendidikan moral.